Politik adalah seni dalam meraih dan melanggengkan kekuasaan. Seni dalam memformulasikan segala effort untuk meraih satu tujuan yakni kekuasaan. Kekuasaan merupakan parameter utama penilaian terhadap keberhasilan kegiatan politik yang dilakukan oleh para pelaku politik (baca:politisi). Inilah menjadikan para pelaku politik selalu berlomba-lomba bahkan cenderung menghalalkan segala cara untuk meraih mahkota kekuasaan.
Kontes dalam mendapatkan mahkota kekuasaan dalam proses perpolitikan di Indonesia dikenal dengan istilah pesta demokrasi. Berbeda dengan pesta pada umumnya yang melahirkan kegembiraan pada semua pihak, pesta demokrasi di Indonesia pasti akan melahirkan dua kondisi yang paradoks, yakni kebahagiaan bagi yang menang dan kesedihan bahkan frustasi bagi pihak yang kalah. Mengapa demikian? Karena pesta demokrasi bukanlah pesta dalam arti yang sesungguhnya, tapi pesta demokrasi adalah kompetisi antara beberapa pihak/kontestan politik dalam meraih perebutan kekuasaan. Kompetisi yang terjadi bukanlah kompetisi yang bersifat biasa. Kompetisi ini adalah kompetisi yang paling mahal yang pernah ada di negeri ini. Bahkan resikonya pun adalah sangat besar dan fatal, seperti kebangkrutan atau keputus asaan. Namun resiko ini tak pernah menyurutkan langkah bagi para anak bangsa untuk merebut kasta tertinggi yang bernama kekuasaan.
Untuk menjadi pemenang dalam kontes demokrasi maka segala pihak yang berkompetisi haruslah menjalankan sebuah strategi yang mumpuni. Faktor utama penyebab seseorang bisa meraih kemenangan adalah sejauhmana kemampuannya dalam mencitrakan diri pada masyarakat sehingga masyarakat kenal dan simpati yang pada akhirnya memilih calon tersebut. Banyak strategi yang bisa diterapkan untuk menjadi pemenang. Ada strategi yang positif (sesuai dengan aturan) atau ada juga yang negatif, seperti : money politic, black campaign, manipulasi suara dan sederet kecurangan lainnya. Diantara strategi yang kerap dimainkan oleh para kontestan politik dalam kompetisi pertarungan politik baik pada pemilu anggota legislatif, pilpres atau pemilu kepala daerah adalah mengangkat sebuah opini dan isu yang menyita perhatian publik dan menimbulkan simpati bagi para pemilih.
Saat ini masyarakat Bangka Belitung di beberapa kabupaten sedang menikmati jamuan pesta demokrasi dalam kegiatan Pemilihan umum Kepala daerah (Pemilukada). Beberapa calon-pun bermunculan dan saling berkompetisi untuk menjadi pemenang. Berbagai strategi kampanye pun diterapkan kepada masyarakat. Karakter Masyarakat pemilih yang terpolarisasi menjadi beberapa bagian menjadi garapan serius bagi para calon. Ada masyarakat cerdas, objektif dan sudah mantap menentukan pilihannya. Ada juga masyarakat yang sering disebut sebagai swing voter atau floating mass yang belum punya arah dan kepastian dalam menentukan pilihan. Disamping ketokohan calon dan kedekatan dengan masyarakat, kecerdasan dalam mengangkat isu kampanye menjadi sebuah komponen vital dalam mempengaruhi elektabilitas para pemilih.
Pemilukada adalah kompetisi isu. Artinya adalah mereka yang mampu memainkan isu ditengah masyarakat yang mampu menjadi pemenang. Merujuk pada perjalanan kegiatan pemilu anggota legislatif, pilpres, dan pemilukada yang telah dilangsungkan dibeberapa daerah di Indonesia, isu yang selalu diangkat dan dimainkan oleh para calon yang berkompetisi antara lain : isu pendidikan gratis, isu pengobatan graris, isu kemudahan mendapatkan lapangan kerja, isu harga sembako murah, dan bagi calon incumbent isu empuk yang selalu diangkat adalah isu keberhasilan dalam pemerintahannya. Isu-isu tersebut sering diangkat karena isu-isu tersebut dipandang seksi dan eksotik untuk mempengaruhi para pemilih. Pada perhelatan Pemilukada yang saat ini berlangsung dibeberapa daerah di Bangka Belitung, para kandidat pun berlomba-lomba dalam memainkan isu sebagai bagian dari effort dalam memenangkan pemilukada. Isu-isu yang diangkat adalah isu-isu yang populis walaupun terkadang isu tersebut cenderung bombastis, membosankan dan abstrak.
Isu Perikanan dan pertanian merupakan isu yang hampir tidak pernah diangkat atau digembar-gemborkan oleh para calon kepala daerah di Bangka Belitung. Isu ini dianggap sebagai isu yang tidak populis. Apalagi jika melihat mayoritas masyarakat Bangka Belitung yang saat ini berprofesi sebagai penambang timah. Artinya adalah jika isu perikanan dan pertanian diangkat, maka kemungkinan besar tidak akan berpengaruh nyata pada tingkat elektabilitas pemilih. Secara logika politik hal itu ada benarnya. Namun jika berpikir secara integral, dengan melihat kondisi alam Bangka Belitung yang semakin rusak oleh kegiatan penambangan, dengan semakin menipisnya kandungan timah, maka selayaknyalah isu pertanian dan perikanan diangkat untuk menjadi solusi atas kondisi pasca timah yang sewaktu-waktu akan terjadi. Bangka Belitung pernah mengalami masa keemasan lada putih.
Namun seiring dengan maraknya penambangan timah, keemasan lada sudah memudar. Komoditi pertanian/perkebunan yang saat ini masih bisa bertahan ditengah gempuran timah adalah karet dan kelapa sawit. Disamping pertanian/ perkebunan, saat ini muncul kegiatan budidaya perikanan yang mulai marak dilakukan oleh para masyarakat walaupun kegiatannya belum massif. Hal ini dikarenakan fokus pemerintah daerah dalam mengembangkan sektor ini masih kurang. Padahal sektor perikanan sangat prospektif bagi peningkatan kemajuan masyarakat.
Terlepas apakah isu pertanian dan perikanan diangkat atau tidak oleh para dalam kampanye, kita berharap muncul kesadaran bagi siapapun para kandidat yang terpilih dalam pemilukada bahwa pertanian dan perikanan adalah sektor yang sangat penting dijadikan fokus pengembangan daerah pasca timah. Kita berharap dalam visi, misi atau program pembangunan para calon kepala daerah menjadikan sektor pertanian dan perikanan sebagai program strategis dan unggulan yang akan dilaksanakan kelak jika terpilih.
Saat ini proses pemilukada di beberapa daerah di Bangka Belitung sedang berlangsung dan siap melahirkan pemimpin. Setiap calon pastinya bekerja keras dalam menerapkan strategi untuk menang termasuk strategi dalam memainkan isu. Apapun isunya, bagaimanapun cara untuk menangnya, komitmenlah yang dituntut bagi para pemimpin baru tersebut. Komitmen atas janji-janji yang disampaikan selama kampanye. Tidak hanya komitmen atas janji tetapi juga komitmen untuk membangun daerah yang berorientasi pada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Salahsatu langkah bijak yang layak ditempuh adalah dengan menjadikan sektor pertanian dan perikanan sebagai unggulan.
Kita merindukan pemimpin yang visioner, pemimpin yang punya visi dan misi dalam membangun daerah dan mensejahterakan masyarakatnya. Realisasi hal tersebut tentu saja harus berbasis pada potensi sumber daya alam yang terdapat didaerah tersebut dengan tidak mengorbankan kelestariannya. Cukup sudah Bangka Belitung dilanda tsunami kerusakan alam dan lingkungan perairan oleh penambangan timah yang sporadis. Saatnya untuk mengembalikan kejayaan pertanian dan membangun imperium budidaya perikanan.
Written By : Eva Prasetiyono, S.Pi
Sumber: ubb.ac.id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Bangka belitung, I miss it..The Laskar Pelangi Country...hmmm pilkada in Babel never chaos...I think in this moment, it'snt chaos again
Post a Comment
Silahkan meninggalkan komentar apapun. Terimakasih.