Bencana Dan Politik

Bencana alam memang tak bisa ditolak dan tak terduga, bulan ini bencana gempa dengan kekuatan lumayan dashyat menguncang pulan Jawa. Tidak seorangpun yang menginginkan datangnya bencana, begitu juga para pemimpin negara.

Bencana alam tentu membuat penderitaan yang berkepanjangan bagi kaum papa yang hidup di perdesaan apalagi di bulan menjelang lebaran yang mana kebutuhan rumah tangga sangat meningkat, belum lagi kehilangan harta benda.

Pada saat datangnya bencana biasanya bala bantuan akan segera tiba. Tetapi datangnya bencana yang berdekatan dengan masa kampanye sungguh meringankan penderitaan.

Contoh paling konkrit adalah bencana Situgintung yang datang bertepatan dengan masa kampanye sehingga dalam hitungan jam hampir semua partai politik yang sedang bertarung berlomba lomba tiba paling cepat di tempat bencana lengkap dengan makanan, tenda, uang bantuan, air bersih.

Dan sudah dapat dipastikan para calon legislatif lengkap dengan kaus partai berjejel di lokasi bencana sambil menunjukkan wajah keprihatinan kepada korban bencana. Dan menurut data yang terkumpul di lapangan saat itu, jumlah makanan malah sangat berlebihan dan para korban juga menerima barang barang yang tidak mereka butuhkan saat bencana seperti sepeda anak anak.

Apakah di saat terjadinya bencana masih ada yang terpikir untuk main sepeda-sepedaan? Bahkan yang sangat menyedihkan para korban justru sangat kelelahan karena kedatangan sedemikian banyak calon pembesar negara dan calon wakil rakyat.

Para korban menjadi stres karena tereksploitasi besar-besaran di media. Coba bandingkan dengan korban gempa di Tasikmalaya dan sekitarnya. Dimanakah partai politik dan para caleg yang datang menyalurkan bantuan atau sekedar menunjukkan tanda keprihatian? Ternyata hanya presiden dan jajarannya yang masih sempat datang mengunjungi para korban, tetapi proses evakuasi berjalan sedemikian lambat dan tentunya dengan keterbatasan sarana dan kerjasama.

Pemerintah memiliki kekurangan tenaga dan dana, tetapi tugas pemerintah akan menjadi lebih ringan bila partai politik juga bahu membahu membantu pemerintah. Jangankan mendapatkan jatah makanan yang berlebihan, untuk bisa makan mie instan saja harus dijatah.

Untuk membangun tenda saja harus mencari kain terpal bekas yang tertimbun dalam rongsokan rumah yang runtuh. Dimanakah para wakil rakyat yang telah dipilih rakyat beberapa berapa bulan yang lalu?

Ternyata para wakil rakyat sedang sibuk dengan agenda pelantikan spektakuler. Dari contoh konkrit ini tampak jelas bahwa sebagian besar tanda keprihatian, bantuan yang diberikan lebih mengharapkan balas jasa dari rakyat.

Di saat balas jasa rakyat tidak lagi diperlukan maka tanda persaudaraan hanyalah tertinggal dalam senandung lagu. Media televisi dengan reality show, sinetron dan sebagainya secara tidak sadar telah mendidik masyarakat menjadi masyarakat yang hidup dalam kepalsuan dan kemunafikan. Rasa iba, sedih, prihatin semuanya diatur dalam skenario sehingga memancing para pemirsa untuk ikut sedih tanpa konteks kemanusiaan.

Hartono Taslim
Jl.Listrik 2A Medan 20112
Sumber: Analisadaily.

No comments:

Post a Comment

Silahkan meninggalkan komentar apapun. Terimakasih.